Homo Socius dalam Ancaman Digitalisasi: Dampak Teknologi terhadap Eksistensi Sosial Manusia

Homo Socius dalam Ancaman Digitalisasi: Dampak Teknologi terhadap Eksistensi Sosial Manusia
                              (sumber foto: Google)

Penulis: Milikior Sobe 
Institusi: Lembaga Nusa Bunga Mandiri 
Email: nanamelkysoberengka@gmil.com

-------------------------------------------

Abstrak

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia, baik dalam aspek sosial, ekonomi, maupun budaya. Sebagai hasil kreativitas dan inovasi manusia, teknologi awalnya hadir untuk memudahkan kehidupan dan meningkatkan efisiensi aktivitas manusia. Namun, perkembangan teknologi digital dewasa ini justru mengubah pola interaksi sosial dan eksistensi manusia sebagai *homo socius*—makhluk sosial yang hakikatnya bergantung pada interaksi tatap muka dan hubungan emosional. Artikel ini berupaya mengkaji secara kritis bagaimana perkembangan teknologi modern telah menggeser makna kemanusiaan dan menimbulkan fenomena alienasi sosial. Melalui pendekatan filosofis dan sosiologis, penelitian ini menunjukkan bahwa manusia kini menghadapi dilema eksistensial antara menjadi makhluk sosial atau makhluk digital (*homo digitalis*).

Kata Kunci: Teknologi, Homo Socius, Digitalisasi, Alienasi, Filsafat Manusia

---
Pendahuluan

Teknologi merupakan hasil manifestasi akal budi manusia yang diejawantahkan dalam bentuk benda-benda konkret. Sejak awal peradaban, manusia telah menggunakan teknologi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya—mulai dari alat sederhana di masa prasejarah hingga mesin-mesin canggih di era modern. Teknologi pada dasarnya adalah bukti dari kemampuan manusia untuk mengolah, memodifikasi, dan mentransformasikan alam demi kepentingannya.

Namun, perkembangan teknologi tidak hanya berdampak pada aspek material, melainkan juga memengaruhi pola pikir, perilaku, dan struktur sosial manusia. Dalam era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dunia tempat manusia beraktivitas kini dipenuhi oleh teknologi, sehingga manusia dituntut untuk hidup secara teknologis. Kemudahan yang ditawarkan teknologi modern, terutama dalam komunikasi dan informasi, membawa konsekuensi terhadap perubahan mendasar dalam relasi sosial manusia.

Fenomena pergeseran interaksi dari tatap muka menuju interaksi digital menjadi salah satu bentuk transformasi sosial paling signifikan abad ini. Transformasi ini memunculkan perdebatan filosofis mengenai hakikat manusia sebagai *homo socius*. Apakah manusia masih dapat mempertahankan esensi sosialnya di tengah dominasi teknologi, atau justru telah beralih menjadi *homo digitalis*—makhluk yang eksistensinya direduksi dalam ruang virtual?

---

Kajian Teori

1. Manusia sebagai Makhluk Sosial (*Homo Socius*)

Aristoteles mendefinisikan manusia sebagai zoon politikon, yaitu makhluk yang secara kodrati hidup bermasyarakat. Adam Smith menegaskan manusia sebagai homo homini socius -manusia adalah teman bagi sesamanya. Menurut Karl Marx, eksistensi manusia dapat dipahami hanya dalam konteks sosial, karena manusia didefinisikan bukan hanya secara biologis, tetapi juga secara sosial dan psikologis. Dengan demikian, kehidupan sosial merupakan bagian esensial dari eksistensi manusia.

Dalam konteks ini, interaksi sosial tidak sekadar pertukaran informasi, tetapi juga pengungkapan diri, ekspresi emosi, serta pembentukan makna bersama. Relasi sosial menjadi sarana bagi manusia untuk merealisasikan diri secara utuh dan menemukan eksistensi kemanusiaannya.

2. Teknologi dan Transformasi Sosial

Martin Heidegger dalam karyanya The Question Concerning Technology memandang teknologi bukan sekadar alat (instrumental view), melainkan cara manusia menyingkap realitas (revealing). Namun, ia juga memperingatkan bahaya ketika manusia terjebak dalam pandangan teknologis (enframing), di mana segala sesuatu—including manusia sendiri—dipandang sebagai objek fungsional semata.

Don Ihde, dalam filsafat teknologi fenomenologisnya, menjelaskan bahwa hubungan manusia dengan teknologi bersifat mediatif: teknologi bukan hanya alat, tetapi juga membentuk cara manusia memahami dunia. F. Budi Hardiman menambahkan, dalam era digital, subjek manusia berubah menjadi “pemain global” yang terperangkap dalam jejaring komunikasi, sehingga batas antara ruang publik dan pribadi menjadi kabur.

---
                                  (sumber foto: Google)
Pembahasan

1. Digitalisasi dan Pergeseran Pola Interaksi

Kehadiran teknologi digital telah mengubah cara manusia berinteraksi. Jika dahulu interaksi sosial terjadi secara tatap muka yang melibatkan kehadiran fisik dan emosi langsung, kini interaksi berlangsung melalui media sosial seperti WhatsApp, Zoom, Google Meet, dan Instagram. Dalam ruang digital ini, komunikasi menjadi lebih cepat, efisien, dan tanpa batas geografis. Namun, kedalaman relasi sosial menjadi berkurang karena interaksi digital sering kali bersifat fungsional dan dangkal.

Manusia kini menampilkan eksistensinya melalui pesan, gambar, dan video yang diunggah ke dunia maya. Identitas digital sering kali menggantikan identitas nyata. Akibatnya, manusia cenderung lebih sibuk membangun citra digital ketimbang membangun hubungan sosial yang autentik. Fenomena ini menandai pergeseran makna komunikasi dari hubungan antar-subjek menjadi sekadar pertukaran informasi antar-pesan.

2. Alienasi dan Reduksi Makna Kemanusiaan

Teknologi yang semula dimaksudkan untuk membantu manusia justru berpotensi mengasingkan manusia dari hakikatnya sendiri. Dalam istilah Marx, ini adalah bentuk *alienasi modern*, di mana manusia kehilangan kendali atas produk ciptaannya sendiri. Dalam konteks digital, manusia menjadi perpanjangan dari mesin dan algoritma yang ia ciptakan.

Heidegger menggambarkan kondisi ini sebagai “*das Man*”—manusia yang larut dalam rutinitas dan kehilangan keaslian eksistensinya. Ketika interaksi manusia dimediasi sepenuhnya oleh teknologi, nilai-nilai emosional, solidaritas, dan empati perlahan tereduksi. Relasi yang dibangun menjadi relasi instrumental, bukan relasi eksistensial.

3. Tantangan Etis dan Sosial

Ketergantungan manusia terhadap teknologi digital menimbulkan dilema etis dan sosial. Di satu sisi, teknologi menjadi kebutuhan vital untuk pendidikan, ekonomi, dan komunikasi global. Di sisi lain, manusia menghadapi risiko kehilangan dimensi kemanusiaannya. Dalam konteks ini, manusia dihadapkan pada pilihan: bersikap apatis terhadap perkembangan teknologi atau beradaptasi secara kritis dengan tetap mempertahankan nilai-nilai sosialnya.

Adaptasi kritis ini menjadi penting agar teknologi tidak menelan manusia ke dalam logika mekanistiknya. Manusia harus kembali menempatkan teknologi sebagai sarana, bukan sebagai pusat eksistensi.

---

Kesimpulan

Kemajuan teknologi merupakan keniscayaan dalam perkembangan peradaban manusia. Namun, di balik manfaatnya yang besar, teknologi membawa konsekuensi serius terhadap hakikat manusia sebagai *homo socius*. Pergeseran interaksi sosial dari ruang nyata ke ruang digital telah menyebabkan degradasi makna kemanusiaan, di mana hubungan antar-manusia semakin tereduksi menjadi hubungan antar-pesan dan perangkat.

Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran kritis untuk menempatkan teknologi secara proporsional. Manusia harus mampu mengendalikan teknologi, bukan dikendalikan olehnya. Eksistensi sebagai *homo socius* perlu dijaga melalui upaya membangun komunikasi yang autentik, berorientasi pada empati, dan tetap berakar pada nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian, kemajuan teknologi tidak lagi menjadi ancaman bagi eksistensi manusia, melainkan menjadi sarana untuk memperkaya kehidupan sosial dan eksistensial manusia itu sendiri.

.                     (sumber foto: Google)
---

Sumber Bacaan 

*Fitria Rayani Rahman, dkk. (2022). Perwujudan Teknologi: Kontribusi Don Idhe Terhadap Filsafat Teknologi.  Inspirasi Dunia: Jurnal Riset Pendidikan dan Bahasa, Vol. 3, No. 1.

*Kanisius Bauk. (2021). Pendidikan Era Digital Dalam Perspektif Martin Heidegger (Tinjauan Kritis Terhadap Tatanan Baru Dunia Pendidikan). Jurnal Akademika 19(1).

*Hardiman, F. Budi. (2021). Aku Klik Maka Aku Ada: Manusia dalam Revolusi Digital. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

*Heidegger, Martin. (1977). The Question Concerning Technology and Other Essays. New York: Harper & Row.

*Marx, Karl. (1844). Economic and Philosophic Manuscripts. 

* LAristoteles. (350 SM). Politika.

*Ihde, Don. (1990). Technology and the Lifeworld: From Garden to Earth.  Indiana University Press.

--------------------------------------------------------

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Urgensi Dukungan Emosional bagi Ibu Pasca Keguguran

Aku Sehelai Kain Putih

Degradasi Makna Kata