Ignoratio Scripturarum ignoratio Christi est
Santo Hieronimus dikenal sebagai Eusebius Sophronius Hieronymus, adalah seorang imam, teolog, sejarawan, dan salah satu Pujangga Gereja yang paling berpengaruh dalam sejarah Katolik. Ia terkenal karena karyanya dalam menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Latin, yang dikenal sebagai Vulgata.
Kehidupan Awal dan Pertobatan
Hieronimus lahir sekitar tahun 342 atau 347 M di Stridon, sebuah kota kecil di perbatasan Pannonia dan Dalmatia, dekat Aquileia, Italia. Ayahnya, Eusebius, adalah seorang Kristen saleh yang mendidiknya dalam iman. Di Roma, ia belajar retorika dan filsafat di bawah bimbingan Donatus, seorang ahli tata bahasa terkenal, yang membuatnya mahir dalam bahasa Latin dan Yunani. Namun, pada masa mudanya, Hieronimus terpengaruh oleh kehidupan duniawi Roma dan sempat melupakan ajaran Kristen. Ia kemudian bertobat dan dibaptis oleh Paus Liberius di Roma pada usia sekitar 18 tahun.
Perjalanan Rohani dan Kehidupan Pertapa
Sekitar tahun 373-374, Hieronimus melakukan perjalanan ke Timur dan menetap di Antiokhia. Di sana, ia mengalami sakit parah dan dalam sebuah penglihatan, ia merasa ditegur untuk meninggalkan studi duniawi dan mengabdikan diri pada hal-hal ilahi. Pengalaman ini mendorongnya untuk menjalani kehidupan pertapa di gurun Chalcis, sebelah tenggara Antiokhia, selama sekitar 4-5 tahun. Di gurun yang sunyi dan keras ini, ia menghadapi godaan daging yang kuat, namun ia mengatasinya dengan puasa, doa, dan belajar bahasa Ibrani di bawah bimbingan seorang Yahudi yang telah menjadi Kristen.
Pelayanan dalam Gereja
Pada tahun 379, Hieronimus ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Paulinus di Antiokhia. Setelah itu, ia melanjutkan studinya di bidang Kitab Suci di Konstantinopel di bawah bimbingan Santo Gregorius Nazianzus. Pada tahun 382, ia kembali ke Roma dan diangkat menjadi sekretaris Paus Damasus I. Selama di Roma, ia menjalin persahabatan dengan para wanita bangsawan, seperti Santa Paula dan anak-anaknya, yang tertarik pada kehidupan asketis dan kemudian menjadi pengikutnya.
Karya Agung: Vulgata
Karya terbesar Hieronimus adalah terjemahan dan revisi Alkitab ke dalam bahasa Latin, yang dikenal sebagai Vulgata. Atas permintaan Paus Damasus I, ia memulai proyek ini karena banyak terjemahan Latin yang ada saat itu tidak akurat dan serampangan. Ia menerjemahkan Perjanjian Lama langsung dari bahasa Ibrani dan merevisi Perjanjian Baru dari bahasa Yunani. Pekerjaan monumental ini memakan waktu sekitar 15 tahun (sekitar 390-405 M) dan menjadi standar Alkitab Latin yang digunakan oleh Gereja Katolik selama lebih dari seribu tahun.
Tahun-Tahun Akhir di Betlehem dan Warisan
Setelah wafatnya Paus Damasus I pada tahun 384, Hieronimus menghadapi banyak fitnah dan pertentangan di Roma. Ia akhirnya memutuskan untuk kembali ke Timur dan pada tahun 386, ia menetap di Betlehem bersama Santa Paula dan para wanita saleh lainnya. Di sana, mereka mendirikan biara untuk biarawan dan biarawati, serta sebuah sekolah. Hieronimus terus menulis tafsir Kitab Suci, surat-surat, dan berbagai risalah kontroversial, membela iman Kristen dari kaum bid'ah seperti Arianisme dan Pelagianisme. Ia meninggal dunia di Betlehem pada tahun 420 M, dalam keadaan buta dan ditinggalkan, setelah mengabdikan hidupnya untuk studi dan pelayanan.
Gelar dan Atribut
Hieronimus dihormati sebagai seorang Santo dan Pujangga Gereja oleh Gereja Katolik, Gereja Ortodoks Timur, Gereja Lutheran, dan Gereja Anglikan. Ia juga dikenal sebagai Bapak Ilmu Alkitabiah. Pesta peringatannya dirayakan setiap tanggal 30 September. Atribut yang sering menyertainya dalam seni adalah singa, topi merah (melambangkan kardinal, meskipun ia bukan kardinal dalam pengertian modern), salib, tengkorak, sangkakala, burung hantu, serta buku-buku dan media tulis. Ia adalah pelindung bagi para arkeolog, pengarsip, pengkaji Alkitab, pustakawan, murid sekolah, pelajar, dan penerjemah.
Pesan Abadi
Pesan Hieronimus yang paling terkenal adalah: "Ignoratio Scripturarum ignoratio Christi est" yang berarti "Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus". Ia juga menekankan pentingnya mewujudkan ajaran Kitab Suci dalam perbuatan sehari-hari, bukan hanya berbicara muluk-muluk tentang hal-hal kudus. Hidupnya menjadi teladan bagi setiap orang Kristen untuk menanggapi panggilan Allah di tengah kesibukan dunia, dengan menyeimbangkan kehidupan doa dan interaksi dengan dunia.
Komentar
Posting Komentar