*Selamat Jalan Opa Bruder Wili, SVD dan Pater Yan, SVD* ❤️❤️😭😭

Klarinet sukacita Bruder Willy tak akan pernah terdengar lagi; tetapi atmosfer sukacita dalam kebersamaan mesti tetap terasakan. Kepribadian bruder Willy dengan segala keunikan, karakter dan unjuk dirinya telah berakhir, tetapi sanggupkah kita masing-masing menemukan yang indah darinya dan melanjutkannya?

Sosok seperti Pater Yan, yang teduh-hening, apa adanya, sederhana (itu-itu saja). Punya wibawa rohani dan moral, hemat dalam kata namun bersaksi dalam sejuta makna, telah pergi. Pater Yan mewariskan nilai yang amat menantang, ketika kita-kita ini amat gelisah mengenai jaminan-jaminan hidup duniawi dan demi kepentingan pribadi {walau kita setia bernyanyi: jangan cemas tentang makanan, pakaian ataupun hiasan.}

Di akhir renungan ini, saya ingin memakai kata-kata dari Sapardi djoko Damono dalam Puisi AKU INGIN, sebagai kata kata dari kedua saudara kita bruder Willy dan Pater Yan untuk kita semua

“ Aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan: kayu kepada api yang menjadikan abu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan isyarat yang tak sempat disampaikan: awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

Terimakasih dan bahagialah bruder Willy dan Pater Yan. Oleh karena Kasih, Kalian telah berdua seperti kayu dan awan. Yang telah rela berujung jadi abu dan alami risiko hilang agar kami semua diterangi, agar kami disuburkan.

{Homili Mgr. Siprianus Hormat, Pr. Pada misa pemakaman Bruder Willy Paat, SVD dan Pater Yohanes Djuang Tukan,SVD, Selasa (12/9/2023) di Gereja St Yosef Ruteng}

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GURU DAN SECANGKIR KOPI

Segala Syukur dan Pujian Hanya Pada-Mu, Tuhan

MAMA, AKU INGIN PULANG_untukmu Emilia Sanur