BIJAKSANA: Ikuti kata hati, tapi bawa serta otakmu

Olah Pikir, Olah Hati

Pendidikan dalam wajah cantik dunia meski dibingkai dalam goresan-goresan ilmiah yang tak akan terhapus oleh usia dan waktu.

Maka tuntutan dunia milenial pada pendidikan seperti gerakan literasi dunia, literasi nasional dan literasi sekolah seperti yang dipertegaskan kembali oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia meski terus ditingkatkan.

Pada dasarnya, Penguatan Pendidikan Karakter melibatkan literasi (olah pikir), etika dan spriritual (olah hati), estetika (olah rasa), dan kinestetik (olah raga). Ungkapan Sein und Zeit dari Heidegger (Guignon, 1993:89) bahwa manusia menegesakan eksistensinya dalam seluruh proses perjuangan hidupnya.

Manusia memberi nama pada proses panjang kehidupan itu, sejarah. Sejarah dalam deretan kisah waktu dan diberi arti oleh keberadaan manusia yang membuat literasi itu mengalir.

Coretan-coretan itu dilukiskan dalam waktu oleh sang ada, sehingga semuanya indah. Sekali tertulis, tetap tertulis untuk waktu, dunia dan manusia.

Saya sedikit mengambil nilai pendidikan keluarga Pater Justin Russolillo (Santo pelindung dan pendiri biara Vocationist/SDV) yang dimulai dari kehidupan keluarga yang religius dan disiplin yang tinggi.

Kehidupan seperti ini adalah sebuah penegasan Dasein atau Being in the world (Barton&Deutsch, 1949:17) dalam sejarah dunia.

Eksistensi manusia semakin diperjelas dan kehidupan manusia dipertajam dalam usaha memahami makna hidup dan dunia kehidupan.

Literasi membawa manusia pada pemahaman yaitu untuk saling memahami satu dengan yang lain, di mana bersama orang lain suatu pengalaman terjadi dan menempatkannya dalam teks kehidupan itu sendiri.

Orang lain menjadi teks bagi pemahaman manusia dalam seluruh realitas pengalaman hidupnya di dunia.

Seni berbicara (kolaborasi olah pikir vs olah hati) membawa manusia pada seni memahami satu sama lain.

Maka seni ber-pikir (filsafat) dan seni ber-hati (etika) menjadi dua elemen penting bagi kehidupan manusia dalam dunia pendidikan. Pendidikan mengajarkan manusia untuk selalu bijaksana (Sobe, 2021:40)



*Sobe Milikior (sapaan Melky), menyelesaikan Sarjana di STFK Ledalero (2012) Maumere, Pascasarjana CRCS UGM Yogyakarta (2016), kini mengabdi sebagai praktisi pendidikan, peneliti masalah-masalah sosial, politik, budaya, agama dan ham di NTT

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GURU DAN SECANGKIR KOPI

Segala Syukur dan Pujian Hanya Pada-Mu, Tuhan

MAMA, AKU INGIN PULANG_untukmu Emilia Sanur