RINDU YANG TAK MENENTU ITU KANGEN

FILSAFAT KANGEN*

Kangen itu melampaui akal budi.  Tak terhingga jika dikalkulasi. Apalagi ditelisik secara rasional ala Kantian. Ia hanya bisa dirasakan. Jua diselami dalam bingkai rasa dan harapan. Sebabnya, kangen adalah cetusan emosi manusia. 

Emosi dalam ranah berpikir filsafat merupakan sebuah gerakan seni, sastra dan intelektual. Sebagai gerakan seni, kangen bisa mencetuskan lukisan, tarian, lagu. Sebagai gerakan sastra, kangen bisa mencetuskan puisi dan prosa. Dan sebagai gerakan intektual, kangen merupakan pergulatan pikiran antara fantasi dan realitas. Karena itu, jika manusia ingin menghasilkan karya seni, sastra dan buah pemikiran, maka manusia, secara pribadi harus berada dalam disposisi batin kangen.

Kangen  dalam pengalaman pribadi merujuk pada jalan intuisi, insting dan emosi yang mendapat tempat istimewa dalam ruang kehidupan. Itu adalah bentuk ekspresi yang terpendam dalam hati dan gelisah dalam jiwanya.

Kangenisme,  tampaknya ditaburkan dari benih pemikiran Berkeley, yang menganggap kangen sebagai buah paling wajar dalam dunia percintaan dan ekspresi paling magis dari prinsip kebaikan. 

Artinya jika seseorang berada dalam kangen tentang sesuatu (orang), maka disposisi batinnya terfokus pada perjumpaan yang membahagiakan, yang kemudian melahirkan kepuasan, setelah sekian rentang waktu. 

Dalam rentang waktu itulah, manusia berpikir, berimajinasi dan merasakan gejolah jiwa. Inilah yang disebut ruang kangen. Dalam ruang tersebut manusia yang kangen, secara alamiah  menyediakan kesempatan berfilsafat.

 Artinya ketika orang dalam kondisi kangen, di situ ia sedang berfilsafat.  Berfilsafat tentang gerakan hati dan pikiran, menyangkut pengalaman seni dan sastra. Misalnya, imajinasi, cinta, harapan, lagu yang dialami ketika seseorang menghadapi sublim dari realitas alamiah.

 Ia juga menumbuhkan imajinasi individu sebagai ruang kreativitas dan otoritas kritis yang memungkinkan kebebasan ekspresi “perjumpaan hati” dengan pribadi lainnya. Perjumpaan dalam lingkup kangen selalu polos dan murni. Di sana kita mungkin melihat perjumapan damai, saling mencintai dan menghormati. Ini tidak seperti perjumpaan antara DPR, KPK yang kerap dibarengi intrik-intimidasi politik. 
 
Dalam penyampaian gagasan-gagasannya gerakan kangen cenderung untuk kembali kepada kebaikan dasar manusia untuk saling berbagi dan saling menghargai dan menghormati. Jika setiap manusia saling kangen, maka kebencian, kesemberawutan tidak akan pernah ada. Karena kangen sesungguhnya adalah ungkapan kemurnian hati yang disertai harapan akan kebaikan dan kenyamanan. 

Kangen adalah ekspresi paling filosofis. Orang- orang yang berada dalam kangen menemukan berita kegembiraaan untuk  “back to nature, back to noble savage”, kembali ke masa lalu yang masih polos, tak bercela, tak terkontaminasi oleh polusi moral, dan kesesatan intelektual.
“dalam kangenan, aku menyebut namamu dengan hormat”
By. RS
Ed. MS

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GURU DAN SECANGKIR KOPI

Segala Syukur dan Pujian Hanya Pada-Mu, Tuhan

MAMA, AKU INGIN PULANG_untukmu Emilia Sanur